Dharma Insight

Semua Tentang Dharma Universal

Bhikkhu Pannavaro - Meditasi Vipassana


Reaksi pikiran cepat sekali mempengaruhi perasaan.

Cepat sekali… Kuat sekali…

Perasaannya menjadi senang atau tidak senang, suka atau sedih.
Benar…

Tetapi sebaliknya…
Perasaan juga mempengaruhi pikiran..

Kalau perasaannya tenang… Pikirannya tenang.
Kalau perasaannya berkobar-kobar.. Pikirannya juga berkobar-kobar.

Saya ingin memberikan contoh-contoh…

JUSTRU PENGARUH PERASAAN ITU KUAT SEKALI TERHADAP PIKIRAN!

Apa saja gerak-gerik kita sehari-hari, yang kecil-kecil sekalipun. Apa yang mendorong?

YANG MENDORONG PERASAAN….

Contohnya;

Sekarang sudah jam delapan seperempat, saya bicara satu jam lebih. Dan selama satu jam seperempat kira-kira… atau satu jam lebih.
Saya duduk tidak menyandar….

Apa yang dirasakan Bhikkhu?
Pegal….

Bhikkhu senang apa tidak senang?
Tidak senang…

Perasaan tidak senang ini memerintahkan pada pikiran,
Nyendero-nyendero ( menyandarlah-menyandarlah ). Nanti kalo waktunya tanya jawab menyandarlah…..

Waktu saya menyandar….
Apa yang timbul?
Enak… ( suka )

Enak ( suka ) lalu memerintahkan pada pikiran….
Menyandarlah terus….

Siapa yang memerintahkan pikiran?

PERASAAN………..

Kalo umat Buddha yang sudah lama, mengerti manusia itu kan 5 Khanda toh…

1. Yang kasar namanya JASMANI

2. PERASAAN ( VEDANA ). Menurut pengertian Dhamma perasaan ini bisanya senang – tidak senang. Rasa asin, rasa asam itu pikiran dalam agama Buddha. Rasa malu, rasa sedih itu pikiran…

Perasaan dalam pengertian psikologis buddhist hanya SUKA atau TIDAK SUKA ( Senang atau Tidak Senang ), di tambah NETRAL ( ya netral boleh diabaikan – Suka tidak… tidak suka juga tidak ).

3. INGATAN

4, PIKIRAN ( SANKARA ). Yang punya rencana, cita-cita, segala macam ingat yang lalu, mau begini mau begitu. Katanya orang pikiran ini tidak terbatas, dari jaman primitif sampai sekarang lalu kemudian berkembang lagi.. batasnya tidak tahu pikiran ini.. Hebat sekali…

5. KESADARAN

JUSTRU YANG BERBAHAYA BUKAN SANKARA ( PIKIRAN ). YANG BERBAHAYA VEDANA
( PERASAAN ).

Karena perasaan itu yang menjadi provokator… Dia memprovokasi pikiran kita!
Apa saja ibu bapak boleh saja mencocokkan sendiri.

Saya lihat orang itu tadi duduknya sangat tenang…. Setelah agak lama satu jam lebih… koq dia mulai goyang-goyang ( gelisah ).

Kenapa?
Pikirannya menyuruh bergoyang-goyang….

Mengapa pikirannya menyuruh bergoyang-goyang…?
Karena perasaannya kalo duduk tegap terus rasanya tegang dan TIDAK SUKA, koq Bhikkhu ceramah belum berhenti-berhenti…..

Lalu perasaannya membujuk pikiran

EH PIKIRAN…. ITULOH… DUDUKNYA AGAK GOYANG-GOYANG, BIAR GAK SAKIT… BIAR ENAK…

Itu… perasaan, yang menjadi biang keladinya….
Dia yang memprovokasi, dia yang menghasut segala macam.

Kalau senang… Dia menghasut pikiran…. lagi… lagi… lagi…
Kalau tidak senang… Dia menghasut pada pikiran…. singkirkan… singkirkan… singkirkan…

Dia jalan lihat di rumah tetangganya… ada mangga bagus-bagus jatuh….
Melihat itu… perasaan langsung bereaksi… Lihat mangga… SENANG…
Lalu perasaan memerintahkan pikiran…. Ambil…. Ambil… Ambil…
Pikiran: Tapi kan kepunyaan orang, apa gak mencuri?
Kalau gak di simpan pemiliknya kamu kan tidak mencuri…. kan di situ tergeletak…. Ambilah.. ga papa.
Pikiran begitu ramai, berdebat-debat terus….

Lalu….. Ambil……………….
Tapi ambil… dipukulin orang satu kampung, karena loncat pagar.

Dipukulin enak atau tidak enak? ( Suka atau tidak suka? )
Tidak enak ( Tidak Suka ).

Suka atau Tidak Suka?
Tidak suka… wah.. sakit semua…

Suatu hari dia lihat mangga yang jatuh lagi… lebih banyak.
Sekarang perasaannya lain….

Sakit loh nanti… sakit loh nanti… dipukulin.
Ingatan akan yang sakit dan perasaan tidak suka karena di pukulin itu memerintahkan pikiran:

Jangan ambil… Jangan ambil… Jangan ambil…

Mungkin pikiran masih membantah, tapi kemarin kan banyak orang….
Sekarang kan gak ada orang…

Ya.. nanti kalau kamu sudah meloncat, terus orangnya datang nanti kamu mau lari kemana?
Ya.. nanti saya bilang. Ini nanti saya mau beresin supaya gak
berantakan taruh di pojok…

Oh… Pikiran ini LIHAY sekali….. Tetapi… pemicu / penyulut api
pertamanya adalah PERASAAN….

Tapi bagaimana Bhikkhu supaya perasaan tidak menjadi penghasut?

CARANYA:

JASMANI HARUS DIKONDISIKAN, KALAU JASMANI DIKONDISIKAN… MAKA PERASAAN AKAN TERKONDISI TENANG, KALAU PERASAAN TERKONDISI MENJADI
TENANG….. PROVOKATORNYA TIDAK GANAS…..

Dia tidak memprovokasi pikiran dengan seenaknya sendiri…. Karena provokatornya mulai tenang.

Bagaimana menenangkan provokator?

JASMANI HARUS DIKONDISIKAN… LATIHAN HARUS DIMULAI DENGAN JASMANI…. MEMPERHATIKAN NAFASNYA SENDIRI.

Apa yang saya uraikan ini ibu bapak dan saudara:

INILAH DASAR AJARAN DHAMMA, tidak lebih….

Semua orang termasuk orang yang tidak sekolah sekalipun, petani sekalipun atau lebih dari itu, tidak intelektual sekalipun,

BISA MEDITASI……… Karena hanya memperhatikan nafasnya sendiri….

Itu meditasi Buddhist….
Meditasi Buddhist tidak hanya duduk diam saja….

Kalo kita sudah terbiasa meditasi seperti itu…
Waktu meditasi jalan tiba-tiba perasaan muncul, senang sekali yang luar biasa.
Kita boleh berhenti sekarang. Memperhatikan perasaan yang muncul.

Eh… ini ada perasaan yang muncul.

Tugas kita hanya memperhatikan saja…
Tidak usah mencari…
Duh.. senang ini darimana ya? Tidak usah..
Sampai nanti dia tenggelam… Senangnya nanti tidak mengganggu lagi, baru jalan lagi…

Tiba-tiba ingat karena mungkin pernah ke Jepang, ada patung Buddha besar… tidak diingat-ingat, tapi muncul dengan sendirinya..
Oh saya pernah melihat patung Buddha besar.
Kalo itu mengganggu jalannya berhenti.
Disadari ingatan muncul, sampai tidak mengganggu lagi baru jalan lagi.

Demikian juga waktu kita meditasi duduk.
Masuk… Keluar… Masuk.. Keluar… Masuk… Keluar…
Hanya mengamat-amati PASIF…

Masuk…. Nafas ini masuk kemana ya?
Ke paru-paru atau ke perut?
Tidak usah tanya…

Keluar… Yang keluar ini nafas baik atau nafas buruk ya?
Tidak usah nanya… Tidak usah menganalisa… Tidak usah mencari tahu…
Hanya lihat saja…. PASIF…

Koq timbul pikiran senang luar biasa….
Lain dengan senang-senang duniawi.
Oh… kayak begini… perasaan apa ini?
Sadari saja…..
Tidak usah mereka-reka, apa ini saya sudah nyampe?
Sadari saja…

Hanya itu Bhikkhu?
Iya hanya itu….

Kalau begitu meditasi Buddhist itu tujuannya apa?
Tujuannya supaya keawasan kita menjadi kuat….

Kalau keawasan kita kuat, maka keawasan itu bisa membuat emosi ( perasaan ) tenang…
Keawasan itu juga bisa untuk mengawasi pikiran…

Tidak untuk membangkitkan Khundalini, melihat mahluk halus, bisa mengobati, bisa terbang…

TIDAK….

Karena kalau keawasan itu mengawasi emosi ( perasaan ), emosi ( perasaan ) menjadi tenang.

Kalau keawasan kita bisa mengawasi pikiran… oh AKU kita ini…. berkurang… berkurang… berkurang…

Hanya itu…

Apa yang muncul selama meditasi perhatikan saja…..
Jangan dianalisa, jangan ditanggapi, jangan dinilai, jangan dihakimi, jangan diusir… tapi lihat saja…

Pengalaman-pengalaman yang pahit yang tidak enak…
Yang kotor… yang buruk… yang baik… lihat.. saja.

Hanya itu…

APA YANG SAYA SAMPAIKAN INI, IBU BAPAK SAUDARA… INILAH VIPASSANA..

Jadi nanti kalo ibu bapak dan saudara, ada yang ikut latihan Vipassana…
Apa yang saya uraikan ini akan menjadi penjelasan awal, saudara akan mengerti dengan jelas kalau nanti guru meditasi menjelaskan.

Karena ada orang waktu itu atau kadang-kadang datang kepada saya..
Bhikkhu… kalo saya meditasi di Dhamma Sundara ini, apalagi di depan stupa.
Cepat Bhikkhu masuknya… Kalau di rumah itu koq gak masuk-masuk….

Saya tidak bisa jawab…
Saya pikir masuk kemana????

Hanya kalo saya tanya nanti… dia tambah bingung…

Loh saya mau tanya.. Loh saudara masuk kemana?
Loh saya meditasi 30 tahun lebih sebagai bhikkhu, tiap hari juga banyak sekali dan berusaha untuk sadar setiap saat.
Saya tidak pernah mengenal masuk-masuk itu….

Nah meditasi Bhikkhu bagaimana?


MEMPERTAHANKAN. MENGHADIRKAN AWARENESS ( KEAWASAN ), TERHADAP GERAK-GERIK KITA, PERASAAN KITA, PIKIRAN KITA……