Dharma Insight

Semua Tentang Dharma Universal

Bhikkhu Pannavaro - Arti 'Benar' yang Sebenarnya


Ini adalah uraian yang agak sedikit mendalam. Saya minta Anda memberikan perhatian lebih. Uraian Dhamma harus dicerna, jika hanya sekadar membaca, membaca sambil melamun, maka Anda membaca tetapi dengan tidak mengerti.

Guru Agung kita mengajarkan dengan memberikan pengertian. Tidak hanya meminta untuk dipercaya begitu saja. Bahkan tidak pernah. Mengertilah! Pengertian itu akan menuntun Anda. Untuk mengerti, Anda harus memberikan perhatian.

Dhammadhipateyya, mengambil keputusan, mengambil sikap dengan menjadikan Dhamma sebagai pertimbangan, sebagai refrensi, sebagai acuan. Jika Anda memegang Dhamma, maka Anda pasti benar. Tidak mungkin salah.

"Bhikkhu , apabila kita mengambil pertimbangan, mengambil keputusan berdasarkan Dhamma, karena Dhamma pasti benar, apakah nanti umat Buddha tidak menjadi fanatik? Karena menganggap hanya Dhamma ajaran Buddha yang benar, diluar itu sesat! Apakah nanti umat Buddha tidak menjadi fundamentalis, menjadi picik, menjadi fanatik buta?"

"Jangan berasumsi dulu, Saudara."

Pahami penjelasan berikut ini.

Apakah arti dari 'benar' menurut Dhamma? Apakah arti 'benar' yang dimaksudkan oleh Guru Agung kita?

Pada waktu itu suku Kalama sedang kebingungan. Seorang guru datang dan mengatakan; "Hanya ini ajaran yang benar, yang lainnya salah!" Guru yang lainnya datang dan mengatakan; "Yang ini pasti benar, yang lainnya pasti keliru!" Guru yang lain datang lagi dan mengatakan: "Hanya yang ini benar, yang lainnya jangan digubris!"

Mereka bertambah bingung. Mana yang sungguh-sungguh benar adanya?

Ketika Guru Agung kita Sang Buddha Gotama datang, suku Kalama sudah curiga dulu, Guru ini jangan-jangan juga akan mengatakan bahwa hanya ini yang benar, yang lainnya salah. Akan tetapi, Guru Agung kita tidak mengatakan seperti itu. Apa yang dikatakan oleh Sang Buddha, pada waktu itu?

"Wahai suku Kalama ! Dengarkan ! Jika ada ajakan, jika ada anjuran, jika ada ajaran, Engkau dengar, Engkau timbang-timbang, Engkau pikirkan, Engkau analisa. Jika ajakan itu, anjuran itu, Engkau akan merugikan orang lain, akan merugikan diri mu sendiri, maka jaran itu, anjuran itu adalah tidak benar. Akan tetapi jika ajakan itu, anjuran itu Engkau lakukan, orang lain mendapatkan manfaatnya, Engkau mendapatkan manfaatnya, maka anjuran, ajakan itu benar."

Itulah artinya 'benar' menurut kriteria Guru Agung kita. Arti 'benar' menurut Guru Agung kita bukan arti 'benar' seperti analisisnya para firsuf. Para firsuf mencari kebenaran untuk pembenaran. Guru Agung kita tidak. "Aku mengajarkan kebenaran hanya yang ada hubungannya dalam usaha manusia untuk mencapai kebahagiaan." Sekalipun benar, tetapi jika tidak ada kaitannya untuk mencapai kebahagiaan, Guru Agung kita tidak mengajarkannya.

Apabila sesuatu itu merugikan orang lain, merugikan diri sendiri, maka menjadi tidak benar. Jika sesuatu itu menguntungkan diri sendiri, merugikan orang lain, maka tetap tidak benar.

Akan tetapi apabila sesuatu itu bermanfaat untuk orang lain, orang banyak, bermanfaat untuk dirinya sendiri, itulah arti 'benar' yang sesungguhnya.

Selanjutnya Guru Agung kita menjelaskan:

"Jika Engkau menghindari pembunuhan. Jika Engkau tidak membunuh, jika Engkau tidak menyakiti, itu baik dan benar. Jika Engkau tidak mencuri, tidak nyolong, tidak korupsi meskipun kecil, itu benar dan baik. Jika Engkau setia pada pasangan, tidak selingkuh, itu baik dan benar. Jika Engkau tidak berdekatan dengan narkoba, tidak bermabuk-mabukan, itu sangat terpuji, baik dan sangat benar."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar