Yongey Mingyur Rinpoche adalah
seorang master dari tradisi Tibetan Karma Kagyu dan Nyingma. Lahir tahun 1975,
putra dari seorang guru meditasi ternama Tulku Uryen Rinpoche, Mingyur Rinpoche
ditahbis oleh Tai Situ Rinpoche pada usia 23 dan mendapatkan sejumlah transmisi
penting, termasuk transmisi Dzogchen dari Esensi Dasar Kesempurnaan Agung dari
Nyoshul Khen Rinpoche. Mingyur Rinpoche mengajar berkeliling dunia dengan minat
khusus pada hubungan antara Buddhisme dan neurosains. Mingyur Rinpoche saat ini
menjadi kepala di sejumlah monasteri dan komunitas meditasi, yang paling
terkenal adalah Sherab Ling Monastery dan Tergar. Pada awal Juni 2011, Mingyur
Rinpoche melakukan retret isolasi diri intensif di Himalaya hingga November
2015. Mingyur Rinpoche akan memberikan ceramah umum dan workshop meditasi di
Surabaya dan Jakarta mulai Rabu 12 hingga 19 Oktober 2016. Berikut ini adalah
wawancara Buddhistdoor Global dengan Mingyur Rinpoche saat melakukan tur di
Hongkong pada September 2016 lalu. Terima kasih telah bergabung dengan kami,
Rinpoche. Sebagai awal, dapatkah Anda sampaikan kepada kami tentang pengalaman
unik Anda selama retret intensif lalu? Apakah ada hasil yang bisa dikatakan
sebagai sebuah lompatan dalam praktik Anda, dan jika iya, apakah itu akan
berpengaruh pada ajaran Anda?
Ada dua hal yang
saya pelajari. Pertama, retret ini sangat meningkatkan meditasi saya. Tujuan
dari retret ini adalah untuk meningkatkan meditasi. Kedua, saya menjadi
mengerti banyak hal tentang kehidupan. Saya lahir di keluarga yang baik dan
saya diidentifikasi sebagai Rinpoche. Saya punya banyak teman dan murid. Saya
adalah seorang pangeran Dharma, sehingga saya tidak pernah keluar dan berada di
jalan lebih dari satu jam. Retret penyunyian saya membawa saya pada sejumlah
penemuan besar. Saya sebelumnya naif. Itu seperti sebuah misi penebusan karma:
tanpa uang, tanpa rumah, tanpa teman, tanpa dukungan, tanpa apa pun. Hanya
saya, sendiri. Saya kemudian sakit dan karena saya meminta-minta makanan. Saya
hampir mati. Tapi pengalaman tersebut benar-benar bermanfaat bagi saya, itu
dalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Tubuh saya lumpuh, saya
tidak bisa melihat dan mendengar, dan saya mengalami kondisi itu sekitar 6-7
jam. Setelah itu, saya bangun dan merasa segala sesuatu adalah rumah saya.
Sebelumnya saya merasa jalan bukanlah rumah saya dan saya malu tinggal di sana,
“Ini bukan rumah saya, ini bukan milik saya; di sini kotor dan ada anjing.”
Tapi setelahnya jalan menjadi rumah saya. Sebuah tembok tua yang retak melihat
saya dengan lembut, itulah rumah saya. Pohon, angin, sinar matahari –segalanya.
Saya banyak belajar tentang rasa syukur dan rasa menghargai.
Saya akan menceritakan contoh
yang lain. Setelah pengalaman hampir mati, saya pergi ke gunung dan masak untuk
diri sendiri. Sebelumnya orang-orang selalu memasak buat saya atau monasteri
yang menyediakan makanan. Tapi saat ini saya harus membuat api. Tak ada kompor
gas atau kompor listrik. Saya punya sebuah korek api. Untuk masa-masa awal,
saya tidak bisa membuat api, tapi sekali bisa membuat api saya langsung
memasak. Yang pertama adalah memasak air. Butuh waktu dua jam! Dan ketika saya meminumnya,
air rasanya seperti uap. Saya merasa pusing dan berkunang-kunang. Setelah itu
saya bisa memasak air hanya dalam 15 menit. Saat musim panas, saya pergi ke
gunung Himalaya, dan setiap tahun selama retret saya pergi ke sejumlah gunung.
Saat musim salju sangat dingin dan saat ada salju ketika Anda di sebuah goa,
Anda akan terjebak dan tak bisa ke mana-mana. Di musim salju, saya turun ke
perbatasan Nepal-India yang biasanya banjir. Ada banyak tempat di mana saya
bisa mendapatkan makanan gratis, misalnya di ashram (monasteri Hindu). Saya
kadang bisa mendapatkan penginapan gratis atau tinggal di jalan. Saya juga
tidak tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama. Jadi, setelah kembali (dari
retret), apa yang berubah pada ajaran saya? Apa yang saya ajarkan berasal dari
silsilah 2500 tahun. Makna dari ajaran tak pernah berubah. Sama saja, tapi ada
penekanan yang beda. Sekarang saya menekankan pada tiga hal: pengalaman,
penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan teknik meditasi untuk karakter orang
yang berbeda-beda. Kita hidup dalam masyarakat yang ramai dan sibuk, dan kita
berhadapan dengan berbagai gangguan dan tanggung jawab setiap hari. Tidak
banyak orang yang berkesempatan tau memiliki waktu tuntuk pergi retret dalam
jangka waktu lama. Apakah Anda punya nasihat untuk orang-orang seperti ini?
Kita tidak perlu mencari masalah
karena hidup kita sudah penuh masalah. Masalah itu gratis! Tapi kita punya
kesempatan sangat baik untuk belajar dari masalah dan hambatan kita. Kita dapat
melampaui lingkaran normal dan berterima kasih kepada masalah kita. Secara
normal, kita memiliki sebuah lingkaran kecil dengan kebiasaan kita, dan jika
kita tinggal di sana, kita tidak akan bisa berkembang. Kita harus mengambil
risiko, karena walaupun kita tidak mencari hambatan, hambatan akan datang pada
kita. Kita harus menggunakannya sebagai guru. Jadi, tanpa kesalahan, tidak akan
ada keberhasilan. Tapi mengulangi kesalahan, bukanlah keberhasilan! Kita harus
belajar dari kesalahan. Jika Anda menyerah pada masalah, kesalahan, apa pun
–mereka akan kembali lagi dan lagi. Tapi jika Anda membuatnya sebagai proses
latihan, untuk berkembang, masalah atau gangguan akan menjadi guru yang baik.
Jadi bagaimana cara mendapatkan kedamaian dalam hidup? Padahal banyak sekali
tekanan dan kompetisi. Normalnya, kita perlu menemukan keseimbangan, tapi Anda
dapat mendapatkan kedamaian sejati meskipun dalam situasi penuh tekanan, karena
tekanan adalah sebuah bentuk pikiran. Bahkan jika seseorang menodongkan senjata
kepada Anda, kendali pikiran tetap ada pada Anda meskipun senjata tersebut bisa
saja merusak tubuh Anda. Tentu saja ini sangat berbahaya dan saya tidak
mengatakan Anda bisa menikmati situasi seperti ini. Anda harus berusaha untuk
kabur, tapi apakah Anda masih bisa hidup atau meninggal dengan damai, itu
terserah Anda. Bagaimana cara meraih keseimbangan? Kita harus mengubah
keyakinan kita, kita memerlukan sejumlah pengalaman tentang kedamaian dan kita
harus berkompromi dengan kebiasaan sehari-hari. Kita harus percaya pada
kebaikan dasar kita –kita semua memiliki banyak kualitas baik, kata para
ilmuwan, dan kita mengabaikan sebagian besar kualitas-kualitas baik kita dan
membesar-besarkan sedikit kualitas negatif kita. Kedamaian dan kebahagiaan ada
dalam diri kita, berada bersama dengan hal-hal lain: kebijaksanaan,
keterampilan, kemampuan, tenaga, cinta, welas asih. Anda lebih cerdas daripada
yang Anda kira. Anda memiliki kemampuan lebih daripada yang Anda pikir. Jadi,
percayalah pada diri Anda sendiri.
Pada level otak,
kita butuh keyakinan; pada level hati, kita butuh pengalaman dengan cara
meditasi. Sebuah teknik sederhana adalah dengan menyadari napas Anda. Cukup
sadari napas. Pikiran Anda perhatikan dan rasakan napas –masuk, keluar, masuk,
keluar. Mungkin timbul bermacam-macam pikiran, tak masalah. Anda tidak perlu
menghalangi pikiran-pikiran tersebut. Beberapa orang berpikir meditasi adalah
tidak memikirkan apa pun. Biarkan pikiran datang dan pergi, yang penting jangan
lupa bernapas! Pada akhirnya, Anda harus menerapkan meditasi ini dan keyakinan
ini di kehidupan sehari-hari. Berusahalah untuk percaya! Berusahalah untuk
meditasi! Coba lagi dan lagi! Anda dapat meditasi di mana pun dan kapan pun.
Anda mungkin perlu melakukan sejumlah latihan, dan tidur adalah penting. Saya
mendengar banyak orang Hongkong tidur sangat telat, dan istirahat mereka tidak
bagus sehingga pada pagi hari menjadi stres dan tegang. Jadi, berusahalah tidur
lebih cepat. Jika Anda melakukan hal-hal ini, Anda dapat memiliki kedamaian di
kehidupan yang penuh tekanan. Sering kita melakukan latihan spiritual dengan
berat, tapi kita lupa bahwa tubuh perlu menciptakan landasan yang kuat untuk
melakukan latihan-latihan tersebut.
Ya, Buddha berbicara tentang
betapa berharganya hidup sebagai manusia, tubuh kita sangat berharga. Jadi,
kita juga harus menghormati dan menjaga tubuh kita. Sekali lagi, kita perlu
keseimbangan. Jadi, berusahalah semampu Anda, percaya pada diri sendiri, jaga
diri, dan bermeditasi. Pikiran Anda jangan terlalu dibebani akan hasil yang
akan dicapai. Beberapa hari mungkin kita akan sakit, beberapa hari mungkin ada
banyak hambatan… Kita mungkin tidak akan meraih apa yang kita inginkan, tapi
itulah hidup. Buddha mengatakan bahwa hidup adalah penderitaan, betul? Ajaran
pertama yang Beliau berikan, “Para bhikkhu, hidup adalah penderitaan.” Jadi,
Beliau memberikan berita buruk di awal! Tapi dengan mengetahui bahwa hidup
adalah penderitaan adalah sebuah berita bagus, karena dengan tidak mengetahui
bahwa hidup adalah penderitaan akan membawa kita pada banyak pengharapan dan
patah hati. Semua penderitaan kita datang dari pengharapan yang tidak
realistis. Mari kita berbicara tentang penyunyian. Sekarang ini kita terobsesi
akan hubungan kita dengan orang lain –social media dan smartphone kita, teman
dan rekan, dan masyarakat. Kita jarang memiliki waktu untuk duduk dengan diri
kita sendiri. Dapatkah Anda ceritakan pengalaman Anda saat penyunyian? Jika
kita dapat bersama dengan diri kita sendiri, itu adalah sumber pembebasan.
Kadang kita merasa kesepian, sehingga kita tidak dapat bersama dengan diri kita
sendiri, dan pikiran kita selalu “di luar” dan tidak “di sini”, atau melompat
dari masa lalu dan masa depan, tidak berada pada saat ini. Penyunyian berarti
kita rileks dengan keberadaan diri kita sendiri. Jika Anda melakukan sesuatu
atau membuat sebuah keputusan, Anda harus rileks. Bahkan jika Anda mempunyai
ide bagus, tapi jika pikiran Anda tegang dan berlari sana-sini ke semua detail,
Anda akan kehilangan gambaran lebih besar. Jadi, dalam penyunyian dari waktu ke
waktu untuk memanifestasikan kebaikan internal kita. Walaupun mungkin hanya
dalam waktu singkat, misalnya 15 menit. Atau pergi berjalan, jangan bawa
handphone Anda.
Beberapa hal baru akan terasa
tidak nyaman karena kebiasaan bukan hanya ada dalam pikiran, namun juga ada
dalam tubuh dan otot kita. Bahkan ketika otak kita bilang tidak, tangan kita
mengambil handphone dan mengeceknya! Kita perlu membangun kebiasaan baru untuk
mengganti kebiasaan lama. Mulai dari hal kecil, selangkah demi selangkah. Jika
di awal Anda melakukannya satu jam, Anda hanya akan berhasil satu kali, dan
setelahnya Anda tidak akan melakukannya lagi. Lakukan lima menit dalam 20 hari,
Anda baru akan merasakan manfaatnya. Membangun sebuah kebiasaan baru perlu
waktu. Jika Anda bermeditasi pendek selama 30 hari, kebiasaan tersebut akan
tertanam dalam tubuh dan otot Anda seperti halnya tertanam pada otak. Apa
perbedaan antara kesadaran (awareness) dan kesadaran penuh (mindfulness)?
Pada awalnya, dulu, kesadaran penuh dan kesadaran adalah hal yang sama.
Sekarang saya lebih banyak berbicara tentang kesadaran. Hal itu terdengar lebih
natural dan lebih hadir pada kekinian. Beberapa aspek pada kesadaran penuh bisa
disalahartikan. Beberapa orang berpikir itu adalah tanpa berpikir atau pikiran
kosong, terutama pada orang-orang di Amerika. Ada pesan terakhir, Rinpoche?
Tentu saja kita semua ingin bahagia, tapi kita tidak tahu apakah penyebab
sebenarnya kebahagiaan. Ketika saya muda, saya terserang rasa panik, jadi saya
menggunakan meditasi untuk menemani rasa panik dan mengatasinya. Sekarang saya
menggunakan rasa panik sebagai salah satu guru dan teman terbaik saya. Saya
yakin teknik meditasi ini baik untuk semua orang. Juga penting bagi Anda untuk
bersama dengan diri Anda sendiri, dan bermeditasi dan mengembangkan kebahagiaan
yang abadi sehingga hidup Anda menjadi lebih bermakna
*Sumber: Sutar Soemitro, BuddhaZine, 13 Oktober 2016
Serial artikel "In Memoriam Sutar Soemitro The Founder of BuddhaZine"
Yongey Mingyur Rinpoche sudah Kembali dari Retret
Yongey Mingyur Rinpoche sudah Kembali dari Retret
Tidak ada komentar:
Posting Komentar