Minggu, 5 Juni 2022 menjadi hari yang membahagiakan bagi umat Buddha desa Purwodadi, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Hari itu, vihara Bodhikirti mendapat kehormatan sebagai tuan rumah perayaan Waisak Bersama vihara-vihara se-kabupaten Kebumen. Sekitar 600 umat Buddha berasal dari 12 vihara hadir dalam perayaan tersebut. Perayaan Waisak Bersama ini sudah rutin dilaksanakan tetapi sempat vakum selama dua tahun karena terkendala pandemi covid-19. Maka kali ini menjadi momen yang ditunggu umat Buddha. Dalam perayaan ini hadir Bhante Jagaro Mahathera dan Bhante Dhammiko Thera. Dimulai pada pukul 13.00 WIB, diawali dengan pertunjukan seni oleh para siswa SMB dan gamelan menyemarakkan acara.
Perayaan Waisak Bersama kali ini juga menjadi momen istimewa bagi Ikatan Perantauan Vihara Bodhikirti (IPVB). Walaupun pada kesempatan ini hanya beberapa perantau yang hadir, tetapi IPVB berpartisipasi terutama dalam pendanaan beberapa kegiatan. IPVB mendanai pembagian paket sembako dan memberikan cinderamata untuk para tokoh yang berjasa dalam perkembangan agama Buddha di desa Purwodadi.
Umat
Buddha Vihara Bodhikirti sendiri sudah melaksanakan Puja Bakti Detik-detik
Waisak pada tanggal 16 Mei 2022. Serangkaian kegiatan untuk menyambut Waisak
antara lain Sebulan Penghayatan Dharma, Pattidana, dan pembagian paket sembako untuk umat Buddha
keluarga tidak mampu, janda/ duda, dan lansia.
Tentang Ikatan Perantauan Vihara Bodhikirti (IPVB)
IPVB adalah perkumpulan para perantau Buddhis asal desa Purwodadi yang dulunya menjadi umat Vihara Bodhikirti. Saat ini anggota IPVB tercatat berjumlah 71 orang yang tersebar di berbagai daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sebelum terbentuk IPVB para perantau menjalin komunikasi melalui WA Grup. Pada tanggal 2 November 2021 melalui rapat anggota secara daring resmi dibentuk perkumpulan perantau beserta pengurusnya. Perkumpulan ini diberi nama Ikatan Perantauan Vihara Bodhikirti (IPVB). Terpilih sebagai Ketua yaitu Sudir, perantau yang berprofesi sebagai Guru PNS di Jakarta. Sebagai Pembina yaitu Saido, perantau yang berdomisili di Riau. Melalui rapat itu juga disepakati untuk dilakukan pengumpulan dana sukarela anggota rutin tiap bulan yang akan dimulai pada bulan Januari 2022. Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk kepentingan umat Buddha vihara Bodhikirti. Cara ini dinilai paling sesuai bagi para perantau untuk dapat melakukan pengabdian kepada umat Buddha di desa tempat asalnya.
Tujuan
pembentukan IPVB seperti diungkapkan oleh Sudir yaitu menjalin hubungan antar
warga Buddhis perantauan dengan warga Buddhis yang masih ada di desa Purwodadi;
memberikan insentif untuk guru sekolah minggu, dharmaduta, pandita yang
memberikan pelayanan dan bimbingan kepada umat vihara Bodhikirti; memberikan
bantuan kepada umat Buddha yang tidak mampu; dan memberikan beasiswa kepada
siswa Buddhis yang tidak mampu agar bisa melanjutkan pendidikan.
Sejak
masa awal digagas, IPVB sudah mempunyai berbagai rencana program kerja baik
jangka pendek, menengah, maupun panjang. Setelah IPVB melakukan penggalangan
dana melalui iuran anggota, program kerja diprioritaskan pada pembinaan
generasi muda. Sampai saat ini sudah disalurkan dana untuk membayar insentif guru
Sekolah Minggu Buddha, pengadaan sarana-prasarana olahraga dan sarana puja
bakti.
Terbentuknya
IPVB disambut gembira oleh umat vihara Bodhikirti. Romo Parjo DS sebagai
sesepuh mengungkapkan bahwa kepedulian perantau dapat memberikan motivasi dan
semangat bagi umat Buddha di desa. Ia juga menyampaikan saran dan harapan untuk
menjaga hubungan, perantau ketika berkesempatan pulang kampung menyempatkan
diri ikut kebaktian bersama di vihara. Disarankan juga agar IPVB merancang
jadwal untuk pulang kampung bersama minimal 3 tahun sekali misalnya pada saat
perayaan hari besar. Untuk sesama para perantau sendiri juga diharapkan tetap
menjalin komunikasi dan saling memberi motivasi. Para perantau yang tempat
tinggalnya berdekatan dapat saling berkunjung atau bertemu di vihara. Peran
IPVB lebih jauh diharapkan, ketika sudah memungkinkan dapat membantu Yayasan
Sakyaputta (vihara Bodhikirti).
Arti
penting IPVB diungkapkan oleh Sudir, perantau yang berdomisili di Karimun,
Kepulauan Riau “Untuk meningkatkan kemajuan perkembangan umat Buddha vihara
Bodhikirti sangat perlu dukungan dari umat Buddha yang di perantauan. Maka umat
Buddha Vihara Bodhikirti mempunyai kesepakatan bersama untuk mendukung demi
kemajuan bersama. Dasar dari ikatan perantauan vihara Bodhikirti adalah
komitmen bersama yang harus dipertahankan kelanjutannya mudahan awal kemajuan
ini untuk kemajuan yang akan datang. Pengurus dan anggota yang tersebar di
berbagai wilayah sudah kompak mendukung ikatan ini terbukti bisa ikut
partisipasi berbagai hal di kegiatan vihara tersebut.”
Sejauh ini para perantau anggota IPVB bersemangat dan memiliki komitmen yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan di WA Grup, rapat daring yang diadakan sebulan sekali, dan partisipasi dalam iuran bulanan. Sedangkan keterlibatan langsung para perantau pada kegiatan di vihara memang terkendala, karena jarangnya kesempatan untuk pulang kampung.
Penghargaan kepada para tokoh perkembangan agama Buddha
Para
perantau ingin mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan atas jasa para
tokoh yang berperan dalam perkembangan agama Buddha di desa Purwodadi. Maka
pada momen Waisak tahun ini, melalui IPVB terkumpul dana untuk memberikan
cinderamata kepada para tokoh tersebut. Tentu sepanjang sejarahnya banyak orang
yang peduli dan berperan dalam penyebaran dan perkembangan agama Buddha di desa
Purwodadi. Pada kesempatan ini ditetapkan enam orang tokoh penerima
cinderamata, semua adalah warga desa Purwodadi, terdiri dari dua orang perintis
penyebaran agama Buddha yaitu Alm. Bapak Kardjono Dipo dan Alm. Bapak Wiryo
Sukarto (Mbah Jasman). Mereka berdua adalah perintis yang pertama kali
memperkenalkan agama Buddha kepada warga desa Purwodadi sekitar tahun 1966.
Bermula ketika Kardjono Dipo waktu itu sebagai pelajar di SGA Salatiga,
mengenal agama Buddha lebih dalam di vihara Tanah Putih Semarang. Karena merasa
ajaran itu bagus, kemudian bersama Wiryo Sukarto memperkenalkannya kepada warga
desa. Seiring bertambahnya peminat, Wiryo Sukarto kemudian menyediakan sebidang
tanah dan membangun vihara.
Empat
tokoh lain yaitu para pandita senior dan guru agama Buddha yang sudah lama
mengabdi kepada umat Buddha khususnya di desa Purwodadi. Romo Kadiman Yoso
Widodo adalah pandita senior dan pernah menjadi ketua vihara Bodhikirti, sudah
berkiprah sejak awal perkembangan agama Buddha. Romo Parjo Darmo Suwito adalah
pandita senior yang menyebarkan Dharma tidak hanya di desa Purwodadi, sudah
berkiprah sejak tahun 1969. Selain itu ia juga seorang guru pelajaran agama
Buddha yang mengajar di berbagai sekolah. Ibu Kasini adalah guru agama Buddha
dan guru Sekolah Minggu Buddha, aktif sejak tahun 1972. Bapak Saidi adalah
ketua vihara Bodhikirti saat ini. Penyerahan piagam penghargaan dan cenderamata
dilakukan oleh Sudir sebagai ketua IPVB
Artikel ini diterbitkan di : Buddhazine, 12 Juni 2022
Baca Juga :
Potensi Perantau Buddhis untuk Pembinaan Umat Buddha di Kampung Halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar